Pada
tanggal 8 Agustus kemarin , saya , keluarga , dan keluarga teman saya yang bernama Louis Martin (VIII-3) pergi
bertamasya ke Pulau Samosir berjumlah 3 mobil, berjarak ±196 km dari Ibukota Medan.
North Sumatra Map |
Tuk Tuk Map |
Pada
pukul 02.00 dini hari kami telah bersiap-siap untuk berangkat. Kami berangkat
menggunakan mobil pribadi. Dari Medan, kami menuju gerbang tol Bandar Selamat 4
untuk menggunakan jalan pintas menuju Gerbang Tol Tanjung Morawa. Kami dengan cepat melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, Pematang
Siantar, dan tibalah kami di kota Parapat. Disana mobil kami segera diisi bahan
bakar minyak, sedangkan kami membeli sedikit makanan untuk sarapan. Setelah itu
kami berangkat menuju pelabuhan ferry yang terletak di kecamatan Ajibata,
Parapat pukul 06.15. Kami dengan sabar mengantri ferry sampai lebih-kurang
pukul 12.00 siang. Ternyata sepupu saya juga ikut mau menyebrang, tante kami menyuruh sepupu saya ikut bersama kami, kami baru dapat memasuki ferry sekitar pukul 12.00 lebih. Untuk menuju Pelabuhan
Tomok di Pulau Samosir, memerlukan waktu 45 menit.
Tibalah
kami di Pelabuhan Tomok, kami segera menuju Tuk-Tuk yang berjarak 2
km untuk mencari hotel kami yang bernama Pandu Hotel Lake-side Tuk-tuk.
Sebelumnya, kami mengantar keluarga Louis Martin ke hotelnya (Samosir Villa's Resort) juga mengantar sepupuku ke hotel Silintong. Setelah Check-in, kami segera mengganti baju renang dan berenang di Danau Toba.
Pemandangannya indah-indah beserta anginnya yang sejuk.
Family Photo at Samosir Villa's Resort |
Pada
malam harinya, setelah makan malam, kami pergi ke hotel Louis Martin dan kami berbincang-bincang sebentar, setelah itu kami pulang ke hotel dan mempersiapkan alat-alat untuk
menangkap ikan, udang, dan lobster. Ayah, Paman, dan Om segera masuk ke dalam
air untuk mengecek ada-tidaknya lobster. Setelah ada, ayah menyuruh kami
mengasih jaringnya. Kami berhasil menangkap lebih-kurang 11 sampai 12 ekor
lobster dalam semalam dan 3 ekor ikan males/ikan betutu yang besar. Kami tidur
pada pukul 23.00.
Ikan Males / Ikan Betutu |
Keesokan harinya, kami bangun pada pukul 07.00, dan segera sarapan, lalu kami bergegas berangkat menuju Pasar Tomok, kami membeli ikan asin, baju, celana, dan beberapa souvenir. Setelah itu, kami kembali ke hotel untuk berenang, ibu, tante, dan bibi segera menyiapkan makanan untuk makan siang. Pada pukul 11.00 kami diajak paman untuk naik dan segera mandi agar dapat menikmati makan siang. Kami bermain game sejenak, lalu tidur siang hingga lebih-kurang pukul 15.30. Kemudian, kami memancing ikan hingga pukul 17.30.Adikku mendapatkan 3 ekor ikan.
My little brother gets a fish |
Pada
malam hari, Louis bersama keluarganya datang ke hotelku untuk melihat aksi kami menangkap lobster, om mengajak kami untuk melepaskan lilin di Danau Toba yang gelap.
Akibat dari lilin kami, daerah sekitar kami menjadi lebih terang dari biasanya.
Saya bersama teman dan adik saya berhasil menangkap 2 lobster yang kecil. Ayah
bersama kedua paman saya hampir saja mendapatkan lobster yang sangat besar,
sayangnya lobster itu memiliki kekuatan hebat untuk melarikan diri, kami pun
sangat kesal. Lobster yang telah didapatkan kami letakkan di bathtub kamar
mandi hotel. Saya mengambil beberapa batu besar untuk tempat persembunyiannya.
Kami hari ini tidur lebih dari pukul 00.00 dini hari.
Paginya,
kami segera siap-siap untuk pulang, ternyata lobster itu banyak yang mati
kekurangan oksigen, yang selamat hanya 7 ekor saja, sedangkan yang kami
dapatkan ada sekitar 25 ekor. Kami pun memilih lobster yang agak besar untuk
direbus dan sisanya dikembalikan ke danau. Lobster yang hidup itu dibawa pulang
ke Medan, Sedangkan Ibu menyiapkan nasi goreng untuk bekal siang nanti. Kami
pun berangkat.
Sesudah
melewati desa Ambarita, kami sudah mengelilingi hampir setengah dari P.Samosir, kami melihat-lihat sejenak pemandian air panas (hotspring) di kota Pangururan, kami pun melanjutkan dan sudah meninggalkan Pulau
Samosir yang tercinta. Kami naik sampai puncak gunung, terdapat sebuah menara
yang dinamakan “TELE TOWER” atau disebut juga “MENARA PANDANG TELE”. Kami
berfoto-foto sejenak sambil menikmati pemandangan alam disana. Kami pun
melanjutkan perjalanan hingga sampai di pinggiran kota Sidikalang. Kami masuk
ke sebuah taman yang terkenal bernama “TAMAN WISATA IMAN DAIRI” dengan membayar
Rp35.000,- per mobil. Kami dapat menikmati adat-istiadat dari 3 agama yaitu
Agama Islam, Kristen, dan yang terakhir Agama Buddha. Pada saat melewati bagian
Agama Kristen, kami melihat sebuah patung kapal Nabi-Nuh yang besar disertai
orang-orangannya. Ternyata Taman ini merupakan jalan pintas pulang ke Medan
tanpa melewati kota Sidikalang. Akhirnya kami pun sampai di Berastagi dan
menginap semalam di villa milik om saya. Paginya, kami pulang ke Medan.
Hotspring Pasir Putih Pangururan |
Tele Tower |
Sebelumnya,
kami mengantar nenek pulang ke Binjai terlebih dahulu. Ternyata setelah sampai
di Binjai, lobsternya tak ada satupun yang tewas, semuanya sehat walafiat.
Empat ekor lobster diberikan kepada om saya, sisanya dibawa pulang untuk
dipelihara.
Sekian Cerita Dari Saya yang :
Bernama : Gary Alvaro
Nomor Kelas : 22
Kelas : VIII-2,
Terima Kasih.........